Penyusun : Utsman Abdurrahman
Siapa yang tidak ingin menikmati Air dari Telaga al Kautsar, telaga yang dijanjikan oleh Rabb ‘azza wa jalla, telaga yang nanti akan didatangi oleh ummat Nabi Shallallahu‘alaihi wassallam pada hari kiamat, Telaga itu ada di padang Mahsyar, dimana Manusia berkumpul setelah dibangkitkan, ketika tidak ada naungan selain Naungan-Nya, kehausanpun melanda manusia di hari itu. Namun sungai itu hanya bisa di minum oleh Ummat Nabi shallallahu‘alaihi wassallam. Sungai tersebut memiliki kebaikan yang banyak, bejana yang gelasnya tersebut sejumlah bintang di langit, Barang siapa meminum airnya, maka ia tidak akan merasa haus. Airnya lebih putih dari pada susu dan rasanya lebih manis dari pada manisnya madu. Lantas bagaimana penjelasannya? marilah kita simak sedikit penjelasannya dengan seksama dan penuh ketundukan atas apa yang disampaikan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ يُحَادُّونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَٰئِكَ فِي الْأَذَلِّينَ
Artinya : "Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya, mereka termasuk orang-orang yang sangat hina” [ Qs. Al-Mujadalah : 20 ]
Telaga Al-Kautsar adalah pembahasan yang di ambil dari salah satu surat yang tercantum dalam al Qur'an, surat itu termasuk surat Makkiyyah, yang berisi penjelasan akan nikmat yang banyak yang telah dianugerahkan kepada Rasul shallallahu‘alaihi wa sallam, berisi pula perintah untuk shalat dan berqurban hanya untuk Allah dan akibat dari orang yang membenci Rasul shallallahu'alaihi wa sallam.
Terdapat hadits dalam shahih Muslim, dari Anas, ia berkata, suatu saat Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam di sisi kami dan saat itu beliau dalam keadaan tidur ringan (tidak nyenyak).
Lantas beliau mengangkat kepala dan tersenyum. Kami pun bertanya, “Mengapa engkau tertawa, wahai Rasulullah?” “Baru saja turun kepadaku suatu surat.” Lalu beliau membaca,
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ( إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأَبْتَرُ
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus” ( QS. Al Kautsar: 1-3 ).
Kemudian beliau berkata, “Tahukah kalian apa itu Al Kautsar?” “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”, jawab kami.
Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda :
فَإِنَّهُ نَهْرٌ وَعَدَنِيهِ رَبِّى عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْهِ خَيْرٌ كَثِيرٌ هُوَ حَوْضٌ تَرِدُ عَلَيْهِ أُمَّتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ آنِيَتُهُ عَدَدُ النُّجُومِ فَيُخْتَلَجُ الْعَبْدُ مِنْهُمْ فَأَقُولُ رَبِّ إِنَّهُ مِنْ أُمَّتِى. فَيَقُولُ مَا تَدْرِى مَا أَحْدَثَتْ بَعْدَكَ
“Al Kautsar adalah sungai yang dijanjikan oleh Rabbku ‘azza wa jalla. Sungai tersebut memiliki kebaikan yang banyak. Ia adalah telaga yang nanti akan didatangi oleh umatku pada hari kiamat nanti. Bejana (gelas) di telaga tersebut sejumlah bintang di langit. Namun ada dari sebgaian hamba yang tidak bisa minum dari telaga tersebut.
Allah berfirman :
مَا تَدْرِى مَا أَحْدَثَتْ بَعْدَكَ؟
Tidakkah engkau tahu bahwa mereka telah berbuat bid’ah sesudahmu?” ( HR. Muslim no. 400 ).
Dan alangkah Indahnya pelajaran yang telah disampaikan oleh Imam Ibnu Taimiyyah dalam Majmu ‘Fatawa 16/526-529, dimana beliau rahimahullah mengatakan :
“Surat Al-Kautsar, alangkah agungnya surat ini ! dan alangkah banyak ilmu padanya meskipun surat ini pendek ! Hakekat maknanya bisa dimengerti dari akhir surat tersebut, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memutus segala kebaikan orang yang membenci Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memutus penyebutannya, keluarga, dan hartanya. Maka rugilah ia di Akhirat kelak. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memutus kehidupannya sehingga tidak bermanfaat, (sehingga) ia tidak berbekal kebaikan untuk akhiratnya. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memutus hatinya, (hingga) ia tidak memperhatikan kebaikan, dan tidak mempersiapkan hatinya untuk mengetahui dan mencintai kebaikan serta beriman kepada RasulNya, dan terputus amalannya sehingga tidak ia tidak bisa menggunakannya dalam kataatan, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memutusnya dari penolong sehingga ia tak mendapatkan seorang penolong pun atau pembantu, dan memutusnya dari segala amal shalih yang bisa mendekatkan dirinya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga ia tidak dapat merasakan amal-amal shalih itu rasa manis dalam hatinya, meskipun dalam fisiknya ia melakukan amal-amal shalih itu namun hatinya kosong.
Inilah balasan bagi orang yang membenci sebagian yang datang dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menolaknya karena hawa nafsunya, atau karena orang yang diikutinya, atau karena Shaikhnya, atau pemimpin, dan seniornya. Sebagaimana juga orang yang benci terhadap ayat-ayat dan hadits-hadits tentang sifat, dan menakwilkannya tidak seperti yang dikehendaki Allah dan RasulNya, atau memahaminya sesuai dengan pemahaman madzhab dan kelompoknya, atau ia berangan-angan seandainya ayat-ayat sifat tidak diturunkan dan hadits tentang sifat-sifat (Allah) tidak disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan tanda yang paling utama dari kebenciannya terhadap ayat dan hadits tentang sifat-sifat Allah tersebut, bahwa jika ia mendengar Ahlus Sunnah berdalil dengan ayat dan hadits sifat itu untuk menunjukkan satu kebenaran, maka mereka kesal dan jengkel lantaran hal itu, lalu menentang dan lari dari (kebenaran itu), karena dalam hatinya ada kebencian dan penolakan terhadapnya, maka adakah kebencian terhadap Rasulllah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lebih besar dari pada hal ini ?!
Dan demikian pula kutipan-kutipan ucapan manusia atau ilmu mereka yang berkata jelek terhadap Al-Qur’an dan Sunnah, maka jika ia tidak membenci terhadap apa yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tentu ia tidak melakukannya, hingga diantara mereka ada yang melupakan Al-Qur’an setelah menghafalnya dan disibukkan dengan ucapan si Fulan dan si Fulan.
Maka berhati-hatilah dan berhati-hati !! wahai manusia dari membenci sebagian apa yang datang dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam atau engkau menolaknya hanya karena hawa nafsumu, atau demi menolong madzhab atau Syaikhmu, atau karena kesibukanmu dengan syahwat dan dunia, karena Allah tidak mewajibkan seseorang taat kecuali pada RasulNya dan mengambil apa-apa yang datang darinya. Dimana sekiranya seseorang menyelisihi semua manusia, lalu hanya mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka Allah tidak akan menanyai (sikapnya yang) menyelisihi manusia tersebut.
Karena barang siapa yang taat atau ditaati, dia ditaati tiada lain hanyalah karena mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seandainya tidak, maka jika ia memerintahkan suatu perintah yang menyelisihi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidaklah boleh ditaati.
Maka ketahuilah hal itu ! dengarlah serta taatilah ! ikutilah, dan jangan membuat bid’ah (perkara baru dalam agama) ! yang mengakibatkan kamu terputus dan tertolak amalanmu ! bahkan tidak ada suatu kebaikan dalam amal yang terputus dari itiba’ (yang terdapat contoh dan dalilnya), dan tidak ada kebaikan bagi pelakunya. Selesai Perkataan Beliau
Dan semoga Allah ta'alaa menjadikan kita semua ummat yang akan meminum air dari telaga al Kautsar, karena telaga ini hanyalah untuk Ummat Nabi shallallahu‘alaihi wassallam yang senantiasa ta'at atas perintah-Nya dan tidak berbuat bid'ah. Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim ketika beliau menjelaskan siapakah orang-orang yang diusir dari telaga Al-Kautsar? Dan beliau menukil tiga pendapat ulama.
* Pendapat Pertama : Yang dimaksud adalah orang munafik dan orang yang murtad. Boleh jadi ia dikumpulkan dalam keadaan nampak cahaya bekas wudhu pada muka, kaki dan tangannya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil mereka dengan bekas yang mereka miliki. Lantas dibantah, mereka itu sebenarnya telah mengganti agama sesudahmu. Artinya, mereka tidak mati dalam keadaan Islam yang mereka tampakkan.
* Pendapat Kedua : Yang dimaksud adalah orang yang masuk Islam di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas murtad sepeninggal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil mereka walau tidak memiliki bekas tanda wudhu. Walau Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tahu keislaman mereka ketika beliau hidup. Lantas dibantah, mereka itu adalah orang yang murtad setelahmu.
* Pendapat Ketiga : Yang dimaksud, mereka adalah ahli maksiat dan pelaku dosa besar yang mati masih dalam keadaan bertauhid. Begitu pula termasuk di sini adalah pelaku bid’ah yang kebid’ahan yang dilakukan tidak mengeluarkan dari Islam. Menurut pendapat ketiga ini, apa yang disebutkan dalam hadits bahwa mereka terusir cuma sekedar hukuman saja, mereka tidak sampai masuk neraka. Bisa jadi Allah merahmati mereka, lantas memasukkan mereka dalam surga tanpa siksa. Bisa jadi pula mereka memiliki tanda bekas wudhu pada wajah, kaki dan tangan. Bisa jadi mereka juga hidup di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan setelah itu, akan tetapi beliau mengenal mereka dengan tanda yang mereka miliki.
Imam Al-Hafizh Abu ‘Amr bin ‘Abdul Barr mengatakan ; “Setiap orang yang membuat perkara baru dalam agama, merekalah yang dijauhkan dari telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti Khawarij, Rafidhah (Syi’ah), dan pelaku bid’ah lainnya. Begitu pula orang yang berbuat zalim dan terlaknat lantaran melakukan dosa besar. Semua yang disebutkan tadi dikhawatirkan terancam akan dijauhkan dari telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Wallahu a’lam.” [ Syarh Shahih Muslim, 3: 122 ]
Ringkasnya untuk bisa meminum dari telaga Nabi shallallahu‘alaihi wa sallam haruslah memenuhi beberapa syarat:
1. Harus beriman dengan iman yang benar.
2. Mengikuti tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
3. Menjalankan islam secara lahir dan batin.
4. Menjauhi maksiat dan dosa besar.
Semoga Allah memberi taufik dan hidayah untuk bisa menikmati telaga Al-Kautsar.
Wallahu ‘alam bish-shawwab
Bandung, 4 Januari 2018